1. Memperhatikan Amalan Fardhu

         Yaitu, memperhatikan amalan-amalan wajib (fardhu) terlebih dahulu. Sesungguhnya pendidikan yang dibina Nabi SAW terfokus pada dakwah terhadap para sahabat untuk mengerjakan hal-hal yang wajib terlebih dahulu. Dalam shahih Al-Bukhari dan Muslim diceritakan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, "Allah berfirman, 'Tidak ada usaha hamba-Ku untuk mendapatkan ridha-Ku yang lebih Kucintai daripada hal-hal yang kuwajibkan kepadanya. Hamba-Ku senantiasa berusaha mendapatkan keridhaan-Ku hingga Aku mencintainya. Maka, apabila Aku mencintainya, Aku akan menjadi pendengarannya yang dipakainya untuk mendengar....'." (HR. Al-Bukhari 6502)

    Seseorang bertanya tentang Islam kepada Rasulullah SAW lalu beliau menjawab, "Yaitu, bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah."

    Orang itu bertanya, "Kemudian apa lagi?" Nabi Muhammad SAW menjawab, "Lima kali shalat sehari semalam." Orang itu bertanya lagi, "Adakah kewajiban lain terhadapku selain itu?" Nabi Muhammad SAW menjawab, "Kecuali jika kamu ingin melakukan ibadah sunnah dengan sukarela."

    Namun, sebagian orang ketika datang berdakwah ditanya orang awam, "Apa saja yang mesti saya lakukan?" Ia menjawab, "Pertama-tama Anda harus mengerjakan shalat yang lima waktu, shalat Witir, empat rekaat waktu Dhuha, shalat Qiyamullail, dan shalat Tahiyyatul Masjid." Ia memaparkan terlalu banyak kepada orang awam itu, sampai-sampai orang awam itu malah merasa berat, hingga meninggalkan semuanya.

    Ketika seseorang bertanya kepadanya tentang amalan sunnah, "Apa yang saya lakukan dalam bertasbih?" Ia jawab, "Bertahlil-lah (ucapkan Laa Illaaha Illallah) seratus kali setelah shalat Shubuh. Anda harus membaca zikir-zikir menjelang Maghrib dan sebelum tidur. Bacalah zikir-zikir ini sebelum tidur dan bila Anda bangun tidur." Kemudian disodorkannya kepada penanya tadi beberapa daftar zikir. Karena merasa berat, si penanya malah meninggalkan semuanya.

    Abu bakar RA berkata, "Wahai Rasulullah, beritahukan aku satu doa yang akan kuucapkan dalam shalatku!"

    Nabi Muhammad SAW bersabda:

اللهمّ انّي ظلمت نفسي ظلماً كثيراً ولا يغفر الذنوب الاّ انت فاغفرلي مغفرةً من عندك وارحمني انّك انت الغفور الرّحيم

"Ya Allah, sesungguhnya aku begitu banyak mendzalimi diriku sendiri. Tidak ada yang bisa memberikan ampunan selain Engkau. Maka, ampunilah aku dengan ampunan dari sisi-Mu. Rahmatillah (kasihilah) aku, karena sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Pengasih."

Satu doa saja, lalu Abu Bakar menghafalnya.

Ali berkata, "Tunjukkan aku satu doa wahai Rasulullah!"

اللّهمَّ اهْدِنِي وَ سَدِّدْنِي

"Ya Allah berilah aku petunjuk, dan istiqamahkanlah diriku."

    Rasulullah SAW bersabda kepada Hushain bin 'Ubaid dalam Sunan Abu Dawud, "Wahai Hushain, ucapkanlah,

اللّهمَّ اَلْهِمْنِي رُشْدِي وَاَعِذْنِي مِنْ شَرِّ نَفْسِي

"Ya Allah, ilhamkanlah kepadaku (jalan) hidayahku, dan lindungilah aku dari keburukan (hawa) nafsuku."

Doa-doa yang bisa dihafal secara seksama!

    Nabi Muhammad SAW bersabda kepada sahabatnya yang lain, "Setiap selesai shalat, jangan lupa untuk mengucapkan begini dan juga begini...." Rasulullah SAW juga bersabda kepada sahabat yang berikutnya, "Tidak inginkah kamu aku tunjukan salah satu harta kekayaan surga?"

    Sahabat itu menjawab, "Tentu ingin!"

   Nabi Muhammad SAW bersabda, "Ucapkanlah Laa Haula wa Laa Quwwata Illa Billah 'tidak ada daya dan kekuatan selain dari Allah'!"

    Dalam pendidikan, hal ini akan mudah dipaparkan dan dibuat bertahap. Namun, intinya adalah mendahulukan hal-hal yang wajib dilakukan (fardhu). Karena, Anda bisa melihat sebagian orang lebih mengutamakan sisi amalan-amalan sunnah daripada amalan-amalan wajib. Anda bisa melihat ia akan selalu berbicara kepada orang lain tentang shalat Qiyamullail sementara masih banyak orang yang tidak melakukan shalat berjamaah di masjid.

   Atau, anda melihat orang itu mengerjakan dua rekaat shalat Dhuha dengan khusyu', menghadirkan hatinya, dan juga menghadirkan ucapan serta bacaannya. Namun, dalam masalah amalan wajib (fardhu), orang itu malah tidak konsentrasi dan menyelesaikannya begitu saja.

    Sebagian orang juga ketika membaca Al-Quran bisa khusyu'. Namun ketika membaca Al-Quran sewaktu shalat tidak bisa khusyu', malah bisa jadi lepas dari ingatannya.

    Anda melihat sebagian orang sering melaksanakan ibadah umrah, namun belum pernah menunaikan haji. Atau, anda melihat orang itu bersama para pemuda berada dalam rombongan dakwah disetiap tempat, dari satu kota ke kota lainnya. Namun, ibunya yang sudah tua renta, lemah, dan lanjut usia dirumah, tidak diurusinya.

    Sebagian orang memiliki kedua orang tua yang sudah tua, lanjut usia, tidak ada yang mengurus dan membantu mereka selain Allah, kemudian dia katakan, "Aku ingin berjihad"

    Karenanya, memulai amalan-amalan yang wajib, serta mendahulukan hal-hal yang lebih diprioritaskan oleh agama merupakan metode Nabi SAW.

    Sebagaimana yang terdapat dalam shahih Muslim, salah seorang Arab Badui berkata, "Wahai Rasulullah, apa pendapatmu bila aku telah mengerjakan shalat yang lima waktu, puasa Ramadhan, membayar zakat, menghalalkan yang halal serta mengharamkan yang haram, apakah aku masuk surga?" Nabi menjawab, "Ya"

    Selesai masalah. Nabi tidak mengatakan kepadanya dua rekaat shalat Dhuha, shalat Tahiyyatul Masjid, shalat Kusuf (shalat waktu gerhana), shalat Istisqâ (shalat meminta hujan), shalat jenazah, dan seterusnya....


Langganan via Email...

0 Response to "1. Memperhatikan Amalan Fardhu"

Post a Comment