5. Penyair yang Bertaubat

    Penyair muslim-mujahid ini memiliki kumpulan syair terindah yang bercerita tentang sejarah sastra Islam. Sebelum bertaubat, ia hidup dalam dahaga dan ingin meraih cawan-cawan kesengsaraan dan keburukan. Ia berteman dengan para pelaku kriminal kerja mereka merampok dan merampas harta para musafir. Mereka selalu mencuri, menyergap, dan membunuh. Rasa pengawasan Allah pada diri mereka telah mati. Jika ada rombongan yang lewat, pasti mereka rampok barang-barangnya.

    Waktu malam mereka buat begadang tidak menentu. Malamnya dibuat merusak dan kesempatan menjadi maling. Apabila hati menolak ajaran Allah pasti jadi ia menjadi buta dan sesat.

    Pada hari itu, satu pasukan tentara Islam yang ingin berjihad fi sabilillah di jalan Allah lewat di depan lelaki ini. Pasukan ini dipimpin Sa'id bin 'Utsman bin 'Affan.

    Lalu ia melihat dengan mata kepalanya para pemuda yang menjual jiwa mereka kepada Allah, kemudian Allah membeli jiwa mereka dengan harga surga melalui sebuah akad (transaksi) dan perjanjian kokoh. Ia lihat benar-benar muncul cahaya ketaatan dan pancaran ibadah diwajah pemuda-pemuda itu.

    Maka, didalam hatinya, sang pendosa ini berpikir, merenungi kehidupannya, dan membandingkan antara kondisi jiwanya dengan kondisi jiwa para pemuda tadi.

    Malamnya adalah musik, siulan, dan tepuk tangan. Sedangkan malam mereka adalah tangisan, doa, dan air mata. Siangnya adalah merampok, merampas, menodong. Sedangkan siang mereka adalah jihad, pengorbanan, dan dakwah.

    Orang itu pun kembali tersadar. Jiwanya bersinar dengan cahaya Allah. Ia menemui pemimpin pasukan dan meletakkan tangannya di atas tangan pemimpin itu. Ia mengumumkan taubat dan kembalinya kepada Allah. Tangan kanannya benar-benar telah memperoleh kemuliaan, dan matanya telah melek akan kebenaran.

    Ia pun berangkat bersama-sama pasukan itu berperang di jalan Allah, menjual jiwanya kepada Pemiliknya.

    Ia benar-benar telah menyambut seruan Allah; benar-benar telah mengetahui jalan yang lurus. Ia benar-benar jujur pada Allah.

    Dalam perjalanan menuju medan jihad, seekor ular menggigitnya. Sejurus, tubuhnya gemetaran. Kematiannya semakin dekat. Ia yakin akan berpisah dengan kehidupan ini. Ia pun mengenang hari-harinya yang telah berlalu, dan berusaha menghibur diri dengan taubatnya. Kemudian ia ingat ibunya, saudara-saudaranya, dan istrinya. Ia juga ingat tempat-tempat bermain semasa kanak-kanak, padang rumput, tempat gembalaan ketika masih kecil. Maka, meledaklah tangisnya dengan melantunkan satu kumpulan syair. Ia pun menangis begitu keras dengan bait-bait syair. Para penyair belum pernah mendengar yang seperti itu.

    Satu kumpulan syair, didalamnya terdapat "sihir halal"yang begitu memikat hati. Satu kumpulan syair, yang membawa duka, kepedihan, kesedihan, dan pembakar jiwa. Satu kumpulan syair, didalamnya terdapat ungkapan taubat dan kembali kepada Allah. Karenanya, mari dengarkan ketika ia berkata:

"Maka Allah Maha Tahu, ketika kutinggalkan seorang yang taat. Anak-anakku sedang di taman paling tinggi dan dirumah.   Tidakkah kau lihat, kujual kesesatan dengan hidayah. Aku jadi berada di pasukan Ibnu 'Affan ikut berperang."

Langganan via Email...

0 Response to "5. Penyair yang Bertaubat"

Post a Comment