7. Dua Pemuda Bertaubat pada Waktu yang sama

    Kedua pemuda ini berasal dari daerah yang sama, dan berusia sebaya. Salah seorang bekerja sebagai guru disebuah sekolah, dan seorang lagi menjadi pegawai di sebuah rumah sakit. Mereka berdua mengingkari agama ini, menolak perintah dan melanggar larangan Allah.

    Salah satunya sering begadang dengan teman-temannya, bermain kartu sejak selesai Isya' hingga setelah Zhuhur hari berikutnya.

Seorang penyair berkata :

    "Amat besar penyesalanku, bagaimana umur berlalu begitu cepat.

    Kami habiskan untuk gitar, canda, dan tempat menari."

    Ada masjid di samping rumahnya, namun hatinya tidak berada didalam masjid. Ia menghabiskan waktu-waktu untuk menyeleweng, mengejek agama dan perintah-perintah-Nya, termasuk shalat, zikir, azan, dan sunnah-sunnah Nabi.

    Pada suatu malam, ia tidur. Bintang-bintang perlahan tenggelam tertutup kabut. Embun-embun tersebar luas, dan waktu menjelang fajar begitu indah. Ketika ia masih tidur, tiba-tiba lehernya serasa tercekik dan begitu menakutkan. Seolah-olah kematian segera menyergapnya. Ia pun tersentak bangun. Namun lehernya masih saja tercekik.

Bahkan ia merasa seolah benar-benar mati dan telah mencicipi dahsyatnya rasa kematian.

    Di tengah-tengah kecamuk perasaan seperti itu, ia teringat Allah. Ia teringat kehidupan dan hari-harinya. Ia mengingat kesalahan-kesalahan dan keburukan-keburukannya. Bahkan ia telah lupa segala kenikmatan dan kemewahan dunia. Lebih parah lagi, orang-orang yang ia cintai telah menjauhinya.

    Kemudian ia mulai berjanji kepada Allah : Jika ia membelenggunya dari kematian, maka ia benar-benar akan kembali kepada-Nya dan betul-betul bertaubat dari penyelewengan dan kenistaannya.

    Akhirnya ia kembali siuman, dan rasa tercekik yang membelenggunya telah hilang. Tidak ada lagi yang bisa diperbuatnya, selain mengungkapkan kata taubat. Detik itu, meledaklah tangisannya.

    Ia berdiri lalu berwudhu'. Di dalam shalatnya, ia mulai merintih, menangis, dan bermunajat kepada Allah hingga tiba waktu fajar. Lalu ia pergi ke masjid dengan dada yang lapang, hati yang hidup, dan perasaan tenang.

    Pemuda kedua sama persis seperti temannya dalam hal membangkang dan menyeleweng. Ia bahkan dikenal berani mengkonsumsi narkoba dan terjerumus dalam perbuatan-perbuatan haram.

    Pemuda ini berjalan di depan salah seorang dai, kemudian dai itu mengucapkan salam kepadanya dan tersenyum di hadapannya. Dai tersebut menghadiahkan buku "Al-Jawab Al-Kafi li Man Sa'ala 'Ani-Dawa' As-Syafi" (Jawaban lengkap bagi orang yang bertanya tentang obat penawar) tulisan Ibnul Qayyim. Lalu sang pemuda beranjak dengan rasa gembira karena dua hal :

Pertama, pertemuan hangat penuh senyuman dengan dai tersebut.

Kedua, hadiah berharga yang mampu membangun istana cita-cita dan cinta dalam hati. Mulailah pemuda itu bersama-sama Ibnul Qayyim melakukan perjalanan yang begitu menyenangkan lewat bukunya. Namun, Ibnul Qayyim tidak membiarkannya terlepas dari tangannya sebelum pemuda itu mengungkapkan taubat, kembali kepada Allah, dan insyaf.

    Kemudian ia teruskan perjalanan bersama Ibnul Qayyim lewat tulisan-tulisannya, sehingga pemuda itu dipenuhi rasa cinta terhadap Islam. Ia merindukan Rasulullah SAW, dan penghambaan kepada Allah Yang Maha Tunggal dan Maha Esa. Pemuda ini selanjutnya selalu bergabung bersama orang-orang shalih, mengambil contoh-contoh teladan yang tinggi.

Allah berfirman,

أَفَمَنْ يَمْشِي مُكِبًّا عَلَىٰ وَجْهِهِ أَهْدَىٰ أَمَّنْ يَمْشِي سَوِيًّا عَلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ 

"Maka apakah orang yang berjalan terjungkal di atas mukanya itu lebih banyak mendapatkan petunjuk ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus?" (Al-Mulk : 22)

Langganan via Email...

0 Response to "7. Dua Pemuda Bertaubat pada Waktu yang sama"

Post a Comment